Ario Soerjo

  • Informasi Awal

  • TRIBUNNEWSWIKI.COM - Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia sekaligus gubernur pertama Jawa Timur, yakni periode tahun 1945 sampai tahun 1948.

     Ario Soerjo atau yang biasa dikenal dengan sebutan Gubernur Soerjo dilahirkan di Magetan, Jawa Timur, pada 9 Juli 1898.

    Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, ia sudah lebih dulu menjabat sebagai Bupati Magetan untuk periode tahun 1938 hingga 1943.

    Setelah itu, menantu Raden Mas Arja Hadiwinoto ini selanjutnya menjabat sebagai Su Cho Kan Bojonegoro (Residen) pada tahun 1943.

    Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo menutup usia di Bago, Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, pada 10 November 1948, di usainya yang menginjak 50 tahun. (1)

    Baca: Mangkunegara IX

    Baca: Karel Sadsuitubun

    PAHLAWAN NASIONAL - Raden Mas Tumenggung Ario Suryo PAHLAWAN NASIONAL - Raden Mas Tumenggung Ario Suryo (pahlawancenter.com)

    Ario Soerjo menempuh pendidikannya di OSVIA atau Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (Sekolah Pendidikan Pribumi).

    Setelah menamatkan studinya di OSVIA, Ario bekerja di kantor kontroller di Ngawi sebagai calon pegawai negeri.

    Ario juga sempat mengikuti sekolah pendidikan polisi yang setelahnya ia menjadi seorang camat.

    Kemudian, Ario menjadi wedana atau pimpinan wilayah daerah tingkat II (kabupaten) di Pacitan.

    Pada tahun 1938, Ario menjabat sebagai Bupati Magetan dimana dirinya terkenal sangat memperhatikan rakyatnya melalui perbaikan jalan dan bendungan.

    Pada masa kemerdekaan Indonesia, Ario Soerjo diangkat sebagai Gubernur Jawa Timur. (2)

    Baca: STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen)

    Baca: Alexander Andries Maramis

  • Revolusi Nasional Indonesia

  • Sehari setelah Inggris mendarat di Surabaya, Ario membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Aubertin Mallaby pada tanggal 26 Oktober 1945.

    Namun tetap saja pertempuran akhirnya meletus selama tiga hari di Surabaya pada 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak.

    Presiden Soekarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua belah pihak.

    Sementara itu, gencatan senjata yang disepakati rupanya tidak diketahui sepenuhnya oleh para pejuang pribumi.

    Akhirnya kontak senjata tetap saja terjadi hingga menewaskan Brigjen Mallaby.

    Hal ini kemudian menyulut kemarahan pasukan Inggris, sehingga komandan pasukan Inggris, Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya agar menyerahkan semua senjata paling lambat pada 9 November 1945, atau keesokan harinya Surabaya akan dihancurkan.

    Menanggapi hal tersebut, Presiden Sukarno menyerahkan sepenuhnya keputusan di tangan pemerintah Jawa Timur, apakah ingin menolak atau menyerah.

    Gubernur Soerjo kemudian dengan tegas berorasi di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.

    Maka meletuslah pertempuran besar antara rakyat Jawa Timur melawan Inggris di Surabaya yang dimulai pada tanggal 10 November 1945.

    Selama tiga minggu pertempuran terjadi, Surabaya akhirnya menjadi kota mati.

    Gubernur Soerjo termasuk golongan terakhir yang meninggalkan Surabaya setelah kemudian membangun pemerintahan darurat di Mojokerto. (1)

    Baca: Revolusi Nasional Indonesia

    Baca: Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya

  • Pembunuhan Seorjo

  • Pada 18 September 1948, PKI (Partai Komunis Indonesia) di bawah pimpinan Musso melakukan pemberontakan di Madiun.

    Awalnya, PKI hanya berfokus untuk melakukan gerakan di Solo dan Madiun saja, namun mereka berhasil dipukul mundur oleh TNI hingga ke pelosok Jawa Timur.

    Pada November 1948, kelompok PKI kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap feodal (susunan masyarakat yang dikuasai kaum bangsawan).

    Salah satu korbannya ialah adik dari Soerjo yaitu R.M. Sarjoeno yang merupakan Wedana Sepanjang (camat).

    Pada 10 November 1948, Soerjo berangkat dari Yogyakarta menuju Madiun untuk menghadiri peringatan 40 hari meninggalnya sang adik.

    Soerjo tiba di Surakarta pada sore hari, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Madiun pada dini hari menggunakan mobil.

    Di tengah perjalanan, mobil yang ditumpangi Soerjo berpapasan dengan sisa-sisa gerombolan PKI.

    Soerjo dan penumpang lainnya pun dipaksa untuk turun dari mobil yang selanjutnya dibawa ke hutan.

    Di hutan inilah, Soerjo bersama dua orang lainnya, yakni Kolonel Polisi Duryat dan Mayor Polisi Suroko dihabisi oleh gerombolan PKI.

    Empat hari kemudian, jaad Soerjo ditemukan penduduk di Kali Kakah, Ngawi kemudian dibawa ke Madiun dan dimakamkan di Sawahan, Magetan.

    Di tempat ketiga tokoh tersebut dibunuh oleh PKI, dibangunlah Monumen Soerjo yang diresmikan pada 28 Oktober 1975 oleh Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Witarmin. (1)

    Baca: Monumen Suryo Ngawi

    Baca: Partai Komunis Indonesia (PKI)

    [embedded content]

    (TribunnewsWiki.com/Septiarani)

    0 Response to "Ario Soerjo"

    Post a Comment